SUBANGPOST.COM – Suasana di dermaga pelelangan ikan Blanakan, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, tampak berbeda dari biasanya. Ratusan perahu nelayan berjejer rapi di sepanjang dermaga KUD Mandiri Mina Fajar Sidik Blanakan, dihiasi janur kuning, bendera warna-warni, serta berbagai ornamen dari hasil bumi.
Di tengah semilir angin laut, gema doa dan salawat menggema mengiringi prosesi sakral pelepasan replika kapal nelayan atau dondang, mewarnai puncak perayaan Ruat Laut atau Nadran Nelayan Blanakan ke-58, Minggu (9/11/2025).
Kesakralan acara kian terasa ketika para penari adat dengan gerak sarat makna melepas replika kapal nelayan, menandai dimulainya prosesi pelarungan ke laut lepas.

Di atas kapal utama, tampak sesaji dan hasil bumi tersusun rapi dalam replika perahu yang disebut dondang. Hasil bumi itu merupakan simbol rasa syukur nelayan atas limpahan rezeki laut selama setahun terakhir.
“Ini melambangkan semangat untuk mewujudkan kemandirian dan memberdayakan ekonomi masyarakat,” ujar Dasam MB, Ketua KUD Mandiri Mina Fajar Sidik Blanakan.
Dari atas kapal utama, tokoh adat mulai memimpin doa. Suaranya lirih namun tegas, memecah keheningan pagi itu. Perlahan, kapal utama bergerak menuju tengah laut, diikuti iring-iringan perahu nelayan yang membawa ratusan warga dan tamu undangan.

Ombak kecil menyambut dondang yang perlahan terombang di permukaan air membelah laut Jawa, seakan laut ikut merestui doa dan harapan para nelayan. Ratusan perahu nelayan tampak berhias warna-warni, sebuah perayaan panjang penuh suka cita yang menandai rasa syukur masyarakat pesisir Subang atas berkah laut.
Di tengah gelombang yang tenang, prosesi itu menjadi pengingat akan hubungan manusia dengan alam. Bagi masyarakat Blanakan, laut bukan sekadar tempat mencari nafkah, melainkan sahabat yang harus dijaga dan dihormati.
“Pelarungan dondang bukan hanya ritual, tetapi juga wujud rasa syukur, doa keselamatan, dan harapan agar laut tetap memberi berkah bagi generasi berikutnya,” ujar Kartalim, tokoh masyarakat setempat.
Pukul 08.35 WIB, suasana khidmat menyelimuti dermaga saat dondang perlahan dilarungkan ke laut lepas. Sejumlah warga tampak menundukkan kepala, sementara para nelayan melantunkan doa dan salawat sebagai ungkapan syukur, penghormatan kepada alam, serta permohonan keselamatan dalam mencari nafkah di lautan.
Pelarungan dondang ini menjadi penanda berakhirnya seluruh rangkaian acara Syukuran Nelayan Blanakan ke-58. Selain menjadi tradisi turun-temurun, ritual ini juga menjadi simbol rasa syukur dan doa bersama agar hasil tangkapan nelayan selalu melimpah serta laut tetap memberikan berkah dan keselamatan bagi masyarakat pesisir Blanakan.
Bagi warga Blanakan, laut bukan sekadar tempat mencari nafkah, tetapi juga sumber kehidupan dan harapan. Melalui Syukuran Nelayan yang digelar setiap tahun, mereka mengekspresikan rasa syukur sekaligus memohon keselamatan dalam prosesi pelarungan dondang yang sarat makna spiritual.
Tradisi Syukuran Nelayan di Blanakan telah berlangsung turun-temurun sebagai bentuk rasa syukur atas limpahan rezeki laut. Tahun ini, perayaan yang digelar sejak 21 Oktober hingga 9 November 2025 kembali menghadirkan semangat kebersamaan warga pesisir Subang. (*)
Editor: Sacim Zein


