SUBANGPOST.COM – Gembyung berasal dari dua suku kata yaitu Gem dan Yung. Gem berasal dari kata Ageman yang artinya ajaran, pedoman, atau paham yang diikuti oleh manusia, dan suku kata Byung berasal dari kata Kabiruyungan yang artinya kepastian untuk dilaksanakan.
Gembyung memiliki nilai-nilai keteladanan untuk dijadikan pedoman hidup. Gembyung Atau Terbang kesenian Karuhun Sunda peninggalan sejarah pada jaman penjajah Jepang tahun 1942.
Menurut Kokolot Lembur atau yang di tuakan di kampung Parigisari/Balsah ( Abah Mahad,Abah Tawing dan Abah Tamad), kesenian GEMBYUNG sangat di gemari oleh Warga Sunda khususnya Desa Wanasari dan Desa Manyingsal Kec.Cipunagara Kab. Subang Jawa Barat.
GEMBYUNG pertama kali berkembang pada masa penyebaran Islam. Pada saat itu Gembyung dimainkan oleh Para santri pesantren dengan bimbingan sepuh-sepuh.
Gembyung merupakan kesenian tradisional yang menggunakan genjring sebagai alat utama. Gembyung pada saat pagelaran selalu menampilkan alunan musik yang sangat tradisional dan musik dilantunkan juga mengandung unsur yang sangat sakral.
Hal tersebut dipegang teguh oleh para pemain Gembyung untuk menjaga keaslian seni tradisi yang diwariskan oleh leluhurnya.
Gembyung terdiri dari beberapa unsur yaitu Waditra, Pangrawit, Pemain alat musik, Juru kawih, Penari dan Busana.
Menurut Bapa Sarlam yang memanggil untuk acara hiburan pesta pernikahan putranya pada hari Rabu, (9/4/2025).
Kalau di Desa Wanasari dan Manyingsal khusus nya wajib memanggil hiburan kesenian Karuhun GEMBYUNG untuk menghormati para ahli kubur atau orang tua yang sudah meninggal dunia atau Karuhun dari yang mengadakan pesta hajatan tersebut.
Pewarta : Nurdianto/ Aang Taslim
Editor : Boy Salim
“