Mon - Sat 8.00 - 17.00

Jejak Buyut Lawi, Ulama Mataram yang Menyebarkan Islam di Pesisir Subang

spot_img

Berita Teratas

Berita Lainnya

SUBANGPOST.COM — Di sebuah sudut tenang Desa Jayamukti, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, berdiri sebuah makam tua yang tak pernah sepi peziarah. Di tempat inilah, masyarakat meyakini bersemayam sosok leluhur penyebar Islam yang dikenal dengan nama Ki Buyut Lawi, tokoh yang bukan hanya dihormati karena karomahnya, tetapi juga karena jejak sejarah perjuangannya yang terkait langsung dengan masa kejayaan Mataram Islam di abad ke-17.

Buyut Lawi adalah sosok leluhur yang sangat dihormati masyarakat di Desa Jayamukti, Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Ia dikenal sebagai tokoh penyebar agama Islam di wilayah pesisir utara Subang dan dianggap sebagai cikal bakal (buyut) masyarakat setempat.

Makam Ki Buyut Lawi tampak sederhana namun terawat. Nisan utama terbuat dari batu dan disusun di atas lantai berlapis keramik putih. Suasana di sekitar makam terasa tenang dan sakral, menggambarkan penghormatan masyarakat terhadap sosok leluhur yang berjasa menyebarkan Islam di pesisir utara Subang. (Foto: Istimewa)

Menurut Kepala Desa Jayamukti, Surjaya, Ki Buyut Lawi hidup pada masa awal berkembangnya Islam di pesisir pantai utara Jawa Barat. Ia diyakini memiliki peran penting dalam membimbing masyarakat agar meninggalkan kepercayaan lama dan beralih kepada ajaran tauhid. Selain sebagai tokoh spiritual, Buyut Lawi juga dikenal sebagai sosok bijak yang menjadi penengah dalam berbagai persoalan sosial masyarakat.

“Makam Buyut Lawi hingga kini masih ramai diziarahi, terutama pada bulan-bulan tertentu seperti Rabiul Awal dan bulan Maulid, ketika masyarakat mengadakan haul (peringatan wafat) dan doa bersama untuk mengenang jasa beliau. Tradisi ziarah ke makamnya tidak hanya bernuansa religius, tetapi juga menjadi simbol penghormatan terhadap sejarah dan asal-usul Desa Jayamukti,” ujar Surjaya.

Sejumlah benda pusaka peninggalan Ki Buyut Lawi yang masih disimpan dengan penuh kehormatan oleh warga setempat. Koleksi ini terdiri atas keris, kujang, tongkat, dan alat tradisional lain yang diyakini menjadi bagian dari perjalanan spiritual dan perjuangan dakwah. (Foto: Istimewa)

Dalam konteks sejarah lokal, Buyut Lawi dianggap bagian dari mata rantai penyebaran Islam di Subang bagian utara, yang memiliki hubungan erat dengan tokoh-tokoh penyebar Islam di daerah pesisir Karawang, Indramayu, hingga Cirebon.

Leluhur yang Dihormati

Dalam tradisi lisan masyarakat Jayamukti, sebutan “Ki Buyut” disematkan kepada para leluhur yang dituakan dan dihormati, sementara nama “Lawi” menjadi penanda khas yang melekat sebagai identitas beliau. Banyak kisah turun-temurun menyebut bahwa Ki Buyut Lawi hidup pada masa awal penyebaran Islam di pesisir utara Jawa Barat.

Bangunan berwarna hijau dan merah muda ini dikenal sebagai Sumur Kamulyan, yang terletak di kompleks Makam Ki Buyut Lawi, Desa Jayamukti, Blanakan, Subang. Sumur ini dipercaya sebagai peninggalan bersejarah yang memiliki makna spiritual mendalam. (Foto: Istimewa)

Keberadaannya diyakini membawa berkah bagi masyarakat sekitar. Makamnya kini menjadi pusat ziarah dan doa. Setiap tahun, warga menggelar Haul Buyut Lawi dengan pengajian akbar, menghadirkan ulama dari berbagai daerah, serta dihadiri ribuan jamaah. Suasana religius berpadu dengan rasa hormat terhadap tokoh yang disebut paku bumi sohibul wilayah Desa Tegal Tangkil ini.

Asal Usul dan Perjalanan Hidup

Menurut penuturan juru kunci makam, nama “Lawi” merupakan penyingkatan dari kata Selawe, sebutan bagi Pasukan Dua Puluh Lima yang dikirim Sultan Agung Hanyakrakusuma dalam ekspedisi penyerangan ke Batavia pada tahun 1628–1629.

Dikisahkan, salah satu pemimpin pasukan tersebut adalah Raden Arya Jaya Kusuma, ulama sekaligus prajurit tangguh yang kemudian dikenal masyarakat dengan nama Ki Buyut Lawi. Dalam pertempuran sengit melawan VOC, perahu yang ditumpanginya diserang hingga hancur. Raden Arya beserta beberapa pengikutnya berhasil menyelamatkan diri ke pesisir utara, tepatnya di wilayah Blanakan, Subang.

Di tanah rantau itu, beliau menikah dengan Nyai Mas Uud Nur Fatimah dan menetap di sana bersama salah satu pengikut setianya, Ki Jaga Rasa atau Syekh Surobrata, yang makamnya terletak di sisi luar kompleks pemakaman.

Karomah dan Keteladanan

Masyarakat Jayamukti percaya, Ki Buyut Lawi memiliki karomah atau kelebihan spiritual. Di daerah pesisir yang minim air tawar, beliau diyakini mampu memunculkan sumber air dengan hanya mengetukkan tongkatnya ke tanah. Sumber air itu masih ada hingga kini, dan menjadi bagian dari ritual para peziarah yang datang untuk berdoa serta memohon kesembuhan dan keselamatan.

Beliau dikenal sebagai sosok yang ahli dalam puasa dan dzikir, serta memiliki pengetahuan agama yang luas. Karena kebersihan hatinya, masyarakat setempat menerapkan aturan tidak tertulis, peziarah dilarang makan di area makam dan hanya diperbolehkan membawa air putih sebagai simbol kesucian diri.

Sanad Keilmuan dan Jejak Sejarah

Masih menurut juru kunci, Buyut Lawi disebut sebagai murid Syekh Jambu Karang dari Pajajaran, kakek dari Prabu Siliwangi. Namun secara kronologis, masa hidup keduanya berbeda jauh. Hal ini menunjukkan adanya percampuran antara kisah sejarah dan tradisi lisan yang diwariskan turun-temurun di masyarakat.

Yang dapat dipastikan, Ki Buyut Lawi adalah bagian dari prajurit Mataram yang ikut dalam ekspedisi besar Sultan Agung untuk merebut Batavia dari tangan VOC pada tahun 1628–1629.

Latar Belakang Sejarah Penyerangan Batavia

Pada masa pemerintahan Sultan Agung Hanyakrakusuma (1613–1645), Kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaannya. Hampir seluruh tanah Jawa berhasil dikuasai, menyisakan dua wilayah penting, Banten dan Batavia, yang dikuasai oleh VOC Belanda.

Hubungan Mataram dengan VOC yang kian memburuk memicu keputusan Sultan Agung untuk menyatakan perang. Serangan pertama tahun 1628 dipimpin Tumenggung Baureksa, dibantu tokoh-tokoh seperti Sura Agul-Agul dan Dipati Ukur, namun gagal akibat keterbatasan logistik dan jarak tempuh yang jauh.

Serangan kedua dilancarkan pada tahun 1629 di bawah pimpinan Tumenggung Singaranu dan Dipati Purbaya, dengan strategi membangun lumbung padi di sepanjang jalur Cirebon–Tegal–Karawang. Namun rencana itu bocor kepada VOC, yang kemudian menghancurkan lumbung-lumbung tersebut. Serangan Mataram kembali gagal, dan pasukan yang tersisa pun tercerai-berai — termasuk pasukan Selawe yang dipimpin Raden Arya Jaya Kusuma.

Kisah Ki Jaga Rasa

Menurut pemerhati sejarah dan budaya, H.R.T. Temmy Setiawan Projodipuro, S.Sn, pasca kekalahan di Batavia, pasukan Selawe tercerai-berai. Salah satu di antaranya adalah Ki Jaga Rasa atau Syekh Surobrata, yang kemudian mengembara hingga menemukan kembali kakak seperguruannya, Ki Buyut Lawi, di Blanakan. Keduanya lalu bersama-sama mengembangkan dakwah Islam di pesisir Subang, hingga akhir hayatnya.

Napak Tilas Spiritual

Bagi sebagian peziarah, berkunjung ke makam Ki Buyut Lawi bukan sekadar ritual ziarah, tetapi perjalanan spiritual untuk menyambung napak tilas perjuangan para leluhur Mataram.

Suasana sejuk dan damai di area makam seolah menghadirkan kembali semangat religius dan perjuangan masa lalu. Di situlah, sejarah, spiritualitas, dan kebudayaan berpadu menjadi satu dalam sosok Buyut Lawi, tokoh yang kini dikenang bukan hanya sebagai ulama penyebar Islam, tetapi juga prajurit yang pernah menggetarkan Batavia. (*)

Penulis: Sacim Zein

Catatan Penulis:
Tulisan ini disusun berdasarkan hasil penelusuran lapangan dan rangkuman dari berbagai sumber sejarah, cerita tutur masyarakat Desa Jayamukti, serta beberapa publikasi mengenai Makam Keramat Ki Buyut Lawi di Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang. Narasi ini diolah secara jurnalistik untuk kepentingan dokumentasi budaya dan pelestarian warisan leluhur.

Catatan Redaksi: Artikel ini dipublikasikan secara otomatis dan dapat mengalami pembaruan sesuai perkembangan informasi terbaru maupun klarifikasi dari pihak terkait.
Bagikan Artikel

Berita Lainnya

Berita Terbaru

DAERAH

Polres Subang Ungkap Pembobolan ATM BJB, Lima Pelaku Ditangkap

SUBANGPOST.COM – Satuan Reserse Kriminal Polres Subang, Polda Jawa Barat, berhasil mengungkap kasus pencurian dengan pemberatan (curat) yang terjadi di Kantor KCP Bank BJB,...

INVESTIGASI

Rekomendasi

KAMTIBMAS

NASIONAL

TOP NEWS

TNI-POLRI

PEMERINTAHAN

PENDIDIKAN

PERTANIAN

TRENDING

EKONOMI

BUDAYA

OPINI

STORIES

ARTIKEL LAIN