Subangpost.com – Di tengah kehawatiran punahnya kesenian wayang golek, KUD Mina Fajar Sidik menyajikan gelaran kesenian wayang golek pada rangkaian acara Ruwat Laut (Nadran) tahun 2022 pada Sabtu Malam [12/11].
Bhatara Sena, dalang asal Giri Harja Bandung pernah mengungkapkan kehawatiran pagelaran wayang golek di masa mendatang bakal sepi panggung.
Tanda-tanda itu, menurut putra mendiang dalang fenomenal Asep Sunandar Sunarya, mulai jarangnya perajin wayang golek tradisi membuat dalang kesulitan untuk mencari wayang yang berkualitas.
“Saking krisisnya perajin wayang di Jawa Barat bisa dihitung jari. Bisa disebut hampir punah,” kata Bhatara ditemui seperti yang dilangsir tribun.com.
Pementasan kesenian wayang golek pada Ruwat Laut Blanakan yang digelar tahun ini seolah menjadi oase akan keringnya minat masyarakat menggelar kesenian yang sudah ada sejak abad 15 masehi.
Melansir kompas.com, wayang golek mulai dikenal masyarakat Jawa Barat pada tahun 1533 Masehi berdasarkan prasasti Batutulis. Namun ada pendapat lain yang menyebutkan bahwa wayang golek mulai dikenal di Jawa Barat pada masa pemerintahan Raden Patah dari Kerajaan Demak.
Namun, apa pun berbedaan asal usul kesenian yang dikenal dari ‘bodoran’ Cepot-nya itu, tokoh kocak dalam setiap lakon, wayang golek ternyata masih menarik perhatian masyarakat Blanakan Kabupaten Subang.
Pengunjung malam acara Ruwat Laut Blanakan 2022 tampak tumpah ruah memadati lokasi pegelaran wayang golek.
Tarso, salah seorang pengunjung mengaku senang karena sudah lama tidak menonton pertunjukan wayang golek.
“Iya, seneng. Sudah lama gak pernah liat acara wayang golek kaya gini,” katanya.
Wayang golek merupakan asset budaya nasional khususnya masyarakat Jawa Barat. Apa yang disajikan panitia Ruat Laut Blanakan tahun ini yang menggelar pertunjukan wayang golek, kiranya menjadi harapan baru bangkitnya napas seni tradisi yang sudah tergerus budaya kontemporer, bisa kembali menampakkan warnanya untuk kembali dinikmati di hati masyarakat. [RED]